Kisah Inspiratif : Lebih Berharga Mobil daripada Anak

Takkalasi.com - Kisah Inspiratif : Lebih Berharga Mobil daripada Anak | Siang agan dan aganwati, kali ini saya ingin berbagi seputar kisah inspirasi yang bisa membuat agan dan aganwati lebih peduli dengan anak atau keluarga yang lebih muda dari agan dan aganwati.

Lebih berharga mobil ya ketimbang anak anda ?? Kasihan kamu nak :'(
Mungkin kalimat itu yang agan dan aganwati katakan ketika selesai membaca postingan kisah inspiratif ini.

Untuk Orangtua yang memiliki anak kreatif, jangan lagi dipukul yah !! Cobalah baca kisah nyata yang inspiratif menyentuh hati ini, cerita tentang seorang anak kecil berusia tiga setengah tahun bernama Ita yang memohon pada papanya untuk kembalikan tangannya. Sebagai orang tua sepatutnya kita menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati, apalagi anak yang masih kecil, belum tau apa-apa. Sebab memukul bukanlah cara terbaik mendidik anak. Sebagaimana seperti cerita berikut :


Sepasang suami istri ini seperti pasangan yang lain di kota-kota besar yang meninggalkan anak mereka untuk diasuh PRT atau Pembantu Rumah Tangga ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, Ita, demikian nama anak kecil ini yang masih berumur tiga setengah tahun. Sendirian di rumah dan sering dibiarkan pembantunya yang sibuk mengurus kerjaan rumah.

Layaknya anak seumurannya, Ita senang bermain diluar rumah, bermain ayunan yang dibeli oleh papanya atau memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari, Ita melihat sebatang paku yang sudah berkarat. Ita pun dengan kreatifitas dan imajinasi yang tinggi mencoret semen tempat mobil dimana ayahnya biasa memarkirkan mobil. Kebetulan hari itu Papa dan Mamanya mengendarai motor ke tempat kerja. Tapi lantai tempat parkir mobil papanya yang terbuat dari marmer, coretan-coretan imajinasi Ita tidak kelihatan. Ita pun mencoba menuangkan imajinasinya pada mobil baru papanya. Karena mobil itu berwarna putih, jadi coretan Ita pun tampak jelas. Kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Setelah sang anak mencoret penuh sisi yang sebelah kanan, dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ayam dan gambarnya sendiri dan sebagainya mengikuti imajinasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari kak Narti, sang pembantu yang saat itu sedang sibuk membereskan cucian kotor majikannya.

Petang itu, papa dan mamanya pulang dan alangkah terkejutnya orang tua Ita melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan angsuran itu. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah pun terus menjerit, `Kerjaan siapa ini?` Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan majikannya itu berlari keluar. Dia juga beristighfar, mukanya merah padam penuh ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis sang majikan.

Sekali lagi diajukannya pertanyaan keras pada Narti, si pembantu, Dia terus mengatakan `Tak tahu... !` 
`Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yang kamu lakukan?` bentak si istri majikan. Ita, sang anak kreatif yang mendengar suara papanya tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan polosnya dan penuh manja dia berkata `Ita yang membuat itu papa... . cantik kan Pa!` katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja seperti hari biasa. Papanya yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya terus dipukulkan pada Ita di telapak tangannya.

Sang anak yang tidak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si Ibu cuma mendiamkan saja perlakuan suaminya seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa, si Bapak cukup keras memukul tangan kanan dan kiri anaknya, Ita.

Setelah Papa dan Mama Ita masuk ke rumah, Sang Pembantu menggendodng anak kecil itu. Membawanya masuk ke kamar, dan dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Ita pun juga menjerit menangis menahan perih saat luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu kemudian menidurkan anak kecil itu, dia sengaja membiarkan Ita tidur bersamanya.

Besok harinya, kedua belah tangan Ita bengkak, Pembantu rumah pun mengadu. `Oleskan obat saja!` jawab Tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya biar kapok. Tiga hari berselang, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tapi setiap hari hanya bertanya kepada pembantu rumah. `Ita demam...` jawab pembantunya ringkas.

`Kasih minum obat penurun panas,` jawab si ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur, ia ke kamar pembantunya hendak menjenguk anaknya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu  rumah, dia menutup kembali pintu kamar pembantunya. Memasuki hari keempat, pembantu rumah memberitahukan majikannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. `Sore nanti kita bawa Ita ke klinik` kata Tuannya itu. Sampai saatnya Ita yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke rumah sakit karena keadaannya serius. Setelah seminggu dirawat inap, Dokter memanggil Orangtua anak itu.

`Tidak ada pilihan. . .` katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah.

`Tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah` ujar dokter.

Si bapak dan ibu Ita bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata dari dokter itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata istrinya, sang bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, Ita menangis kesakitan. Dia juga heran melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka Papa dan Mamanya, kemudian ke wajah pembantu rumah. Ita mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, Ita bersuara dalam linangan air mata.

`Papa.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tidak mau dipukul papa. Ita tak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang mama.` katanya berulang kali mebuatkan Si Ibu gagal menahan rasa sedihnya.

`Ita juga sayang Kak Narti. . . ` katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis itu meraung histeris.

`Papa. . kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil . . Ita janji nggak akan mengulanginya lagi! bagaimana caranya Ita mau makan nanti? bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi,` katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung Si Ibu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia yang dapat menahannya. 
__

Agan dan Aganwati, pelajaran yang sangat berharga buat agan yang sudah berkeluarga dan buat para orangtua lainnya, anak nakal itu biasa, kalau anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri pada anak dan jangan bergantung pada pembantu karena mereka sejatinya hanya membantu. Yang menjadi Tugas utama mendidik anak itu ada di tangan agan dan aganwati !!!!



Recent tags : kisah inspiratif, kisah motivasi, kisah-kisah inpirasi, cerita motivasi hidup, cerita inpiratif, cerita kehidupan inpiratif, kisah motivasi yang mendidik, kisah pemberi semangat, cerita inspirasi hidup